8/26/2008

Lobi dan Suap

Dalam struktur bahasa manapun, kata 'lobi' dan 'suap' sama sekali tidak ada kaitannya. Dua kata itu masing-masing memiliki makna dan pengertiannya sendiri-sendiri. Namun dalam kenyataan kehidupan sehari-hari, terutama dalam dunia politik, ke dua kata itu hampir selalu saling berasosiasi.
Ketika kita mendengar orang mengatakan 'sedang melobi si polan' maka bisa dipastikan dalam benak kita yang terbayang adalah ada pembicaraan dibawah meja yang diwarnai dengan uang pelicin. Atau ketika kita mendengar ada anggota dewan yang sedang bertemu dengan seorang pengusaha di sebuah hotel, maka kitapun akan dengan serta merta membayangkan sedang terjadi suap-menyuap untuk suatu transaksi kebijakan terkait dengan sebuah proyek. Atau, yang saat ini sedang ramai dibicarakan, ketika kita mendengar ada pertemuan antara beberapa anggota dewan dengan seorang kandidat pejabat publik di sebuah hotel, maka yang terbayangkan, sang kandidat sedang melobi anggota dewan untuk mendapat dukungan politik dengan berbagai macam embel-embelnya yang tentu saja akan dibumbui dengan aroma yang tidak sedap.
Bila demikian halnya, maka tidak terlalu salah apabila orang sering mencibir kata-kata lobi. Dari pengalaman kita sehari-hari, terutama dalam dunia politik yang penuh dengan gonjang-ganjing tarik ulur kepentingan  itulah akhirnya sadar atau tidak sadar kita menempatkan kata-kata lobi sebagai salah satu kata yang berkonotasi negatif. Seakan-akan lobi identik dengan suap.
Tapi, benarkah lobi-melobi itu harus selalu diasosiasikan dengan adanya penyuapan atau korupsi sehingga kegiatan lobi-melobi harus diartikan sebagai hal yang negatif ?.
Rasanya bukan pekerjaan yang mudah untuk 'membersihkan' kata-kata 'lobi' dari kesan negatif yang sudah terlanjur melekat cukup dalam. Apalagi belum ada instrumen yang cukup memadai untuk menempatkan kata lobi maupun kegiatan lobi-melobi dalam perspektif yang lebih netral.
GS

Masa Saya Bohong ?

"Pertemuan itu memang ada. Masa saya bohong", jawab Agus Condro dalam penjelasannya di gedung KPK Selasa siang (28/08/2008). Penjelasan tersebut disampaikan oleh Agus Condro menanggapi pertanyaan tentang adanya pertemuan antara Miranda S Goeltom dengan beberapa anggota Komisi IX dari Fraksi PDI Perjuangan beberapa hari sebelum terpilihnya Miranda S Goeltom sebagai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia pada tahun 2004.
Meskipun tidak secara tegas Agus Condro menjelaskan siapa inisiator pertemuan yang digelar di Hotel Dharmawangsa tersebut, namun hasil pertemuan itu sendiri secara tegas menyiratkan akan kesiapan Fraksi PDI Perjuangan di Komisi IX untuk memilih Miranda sebagai orang nomer dua di Bank Indonesia. Dengan berbekal kekuatan lobi yang dilakukan oleh Miranda S Goeltom itulah akhirnya dia terpilih menjadi Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia pada tahun 2004 lalu.
Persaingan dalam memperebutkan posisi orang nomer dua di Bank Indonesia tersebut memang cukup keras. Saat itu, terjadi persaingan yang cukup ketat dalam bursa pencalonan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia. Tiga kandidat berhasil masuk bursa pencalonan, masing-masing Miranda S Goeltom, eks Deputi Gubernur Bank Indonesia, S. Budi Rochadi, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Tokyo dan Hartadi Sarwono, Deputi Gubernur Bank Sentral. Namun akhirnya hanya Miranda S Goeltom dan Budi Rochadi yang diunggulkan. Kedua kandidat yang diunggulkan tersebut cukup intens melakukan lobi-lobi ke fraksi-fraksi di parlemen untuk mendapatkan dukungan suara. Sejauh ini, kita belum tahu persis bagaimana lobi-lobi itu dilakukan oleh para kandidat yang bersaing, tapi,seperti kita tahu, akhirnya Miranda Goeltom-lah yang berhasil terpilih menjadi Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia menggantikan posisi Anwar Nasution setelah berhasil memperoleh dukungan yang cukup kuat dari parlemen.
Namun sayang, kekuatan lobi Miranda S Goeltom tersebut diwarnai aroma yang tak sedap setelah Agus Condro, salah seorang mantan anggota Komisi IX DPR periode 1999-2004 mengungkap adanya praktek permainan uang dalam proses pemilihan tersebut.
Rasanya, lepas dari persoalan benar tidaknya apa yang diungkapkan oleh Agus Condro, tapi setidaknya apa yang diungkapkan tersebut bisa jadi sebuah indikator dan tentu kita akan sangat prihatin bila dalam setiap pemilihan pejabat publik harus selalu diwarnai dengan lobi-lobi yang hanya mengandalkan kekuatan uang.

8/22/2008

Crime and Corruption

Crime and Corruption- A part of daily society news by Livemint Expert

 Crime and Corruption is becoming a society accepted norm if it is left unchecked. The general people need to be on a high alert now, if they want to gift a safe future to the coming generation. We need to alter society’s view towards corruption and have to work hard to instill these principles in back of their minds. Together, all of us have to do something constructive about putting a stop to all these criminal activities.
Corruption is the misuse of power or the authority given to a person. Corruption has become a part of official activities now-a-days and is being practiced at its seedbeds in public, private and institutional sectors to undertake financial gains. Corruption with all its several branches such as bribery, embezzlement, theft, extortion and intimidation are being practiced openly in India’s several urban and rural areas.
Funds and monetary resources are reversed back from poor and needy into the hands of powerful and dominant individuals in the society. All this is visible to the Indian population there but then need simply falls out of equation and greed loom over. Crime and corruption is a hindrance to the economic and social development of India’s economy and affects adversely on poor.
The question here arises, what is the importance of human rights, best law facilities and finest enforcements available in the country minus the support and development of community. We can relive the country from all the plague of corruption and crime only with the consistent support of Indian population. Concluding all this, it is to be informed that crime is real and is a part of industrially sophisticated economy.
For more information you can log on to http://www.livemint.com/Home.aspx


Livemint.com provides the recent news from the field of business, stocks, economy, lifestyle, entertainment and many more. With the nationwide news collecting abilities, effective journalistic talent and nose for news, we endeavor to provide our readers the news first and directly from the ground. Globalization has led our news networks to add immense value in our news and offer the best and the latest opinions of people from all across the globe.

Article Source: http://www.articledashboard.com/Article/Crime-and-Corruption--A-part-of-daily-society-news/443274

8/17/2008

Mommas, Don't Let Your Babies Grow Up to Be Lobbyists

Mommas, Don't Let Your Babies Grow Up to Be Lobbyists
By [http://ezinearticles.com/?expert=Stephanie_Vance]Stephanie Vance

For many years now, I have been the proud holder of jobs that my parents found very difficult to explain to their friends.  Now, when a well-meaning acquaintance asks “what does your daughter do?” they try to explain that I help people understand how to communicate with elected officials.  Invariably the response is “What?  She teaches people how to lobby?  Good heavens, she’s not a lobbyist herself, is she?”  Apparently, being a lobbyist is right up there with being a convict, especially these days.

But is lobbying really that terrible?  Before you utter a resounding “yes”, let’s look at what a lobbyist does.  According to that wonderful resource www.dictionary.com, a lobbyist is someone who tries to influence public officials to take one position over another on a particular issue.  That doesn’t sound so bad, does it?  I’m sure some of you are thinking “well, no, but that doesn’t adequately describe all the terrible things that those lobbyists do in Washington, DC.”

Before we start casting stones, however, consider for a minute that the vast majority of these lobbyists are working on issues that you might actually care about!  For example, are you a member of AARP?  Do you contribute to the Sierra Club?  Do you own a car and have an AAA membership?  All of these organizations use funds from their members to hire “lobbyists” in Washington, DC.  In fact, you, yes you, might actually be acting as a lobbyist in your daily life.  Have you ever called up a city agency to express the need for a stop sign in your neighborhood?  Have you signed on to a petition or letter from a professional organization that was then sent to elected officials at the state or federal level?  That’s lobbying, my friend, pure and simple.

Yes, I know.  That’s different.  You’re expressing your views on public policy because you really care about an issue.  Those evil lobbyists, however, are paid to express opinions that they don’t necessarily believe.  They use all kinds of bribery to get officials on their side.  The truth is, some people are paid for this work.  Some, like citizen advocates, aren’t.  Some employ a number of tools, such as fancy dinners, fundraisers and, as we’ve heard in the news lately, fully-paid trips to exotic locales as part of their lobbying efforts.  Some don’t.  Some professional lobbyists actually are really terrible people that peddle their influence in as sleazy a manner as possible and are an embarrassment to the profession.  The vast majority, however, are people who truly believe in a cause and have found a way to marry their personal interests with their professional life.  They are hired to lobby on causes they really care about, from access to health care to city planning to protection of animals.

I’m often asked “what’s the difference between lobbying and advocacy?”  To me, it’s a simple matter of the audience.  People who are supporters of a particular cause or position are “advocates”.  When those people start seeking to influence public officials to take one position over another on those issues, they are “lobbying.”  It doesn’t matter whether they are paid or unpaid, whether they are in DC or “outside the beltway”, or even whether they are sleazy or not: when one person seeks to influence another, that’s lobbying.  We can condemn the tactics and strategies they use, but let’s not condemn the entire practice.

Really, if you think about it, there’s no escaping lobbying.  In fact, it could probably be considered the world’s oldest profession.  I know that some people honor another profession with that title, but if you adhere to the whole “Adam-and-Eve-in-the-garden-with-the-snake” perspective on the world, what was the snake but a very highly successful lobbyist?  I’m sure he made all kinds of claims to Eve about the wholesomeness of apples and the general benefits that could be expected from apple eating.  Perhaps he was evil – or perhaps he was just trying to get a little peace and quiet in the garden.

And in answer to the question that my parents always wrestle with – no, I am not a professional lobbyist, although I do occasionally “lobby” on a personal level.  But I wouldn’t be ashamed to admit that I was.

Stephanie Vance, an ex-lobbyist and ex-chief of staff, believes that government isn't broken; you just need to work the system to beat the odds.  She currenlty travels the country presenting entertaining and informative workshops to help advocates navigate the legislative system and make an impact with their elected officials.  Learn more and sign up for her free Advocacy Tipsheet at http://www.advocacyguru.com

Article Source: http://EzineArticles.com/?expert=Stephanie_Vance http://EzineArticles.com/?Mommas,-Dont-Let-Your-Babies-Grow-Up-to-Be-Lobbyists&id=38310

8/15/2008

MAU JADI PELOBI ?


Meskipun dunia lobi-melobi (lobbying) selama ini selalu dikonotasikan dengan dunia politik, karenanya lebih sering dilakukan oleh para poltikus di gedung parlemen, namun itu tidak berarti dunia lobi-melobi hanya milik politikus atau orang-orang yang terlibat dalam pemerintahan. Kegiatan lobi-melobi juga ada dalam dunia bisnis. Karena itu tidak sedikit perusahaan-perusahaan besar yang secara khusus memiliki atau menyewa pelobi untuk kepentingan bisnisnya.
Seorang pelobi, apakah itu dalam dunia politik atau dunia bisnis, sasaran maupun strategi yang digunakan adalah sama, bagaimana mempengaruhi pengambilan kebijakan. Karena itu, lobi-melobi identik dengan ‘art of persuasion’, seni membujuk dengan tahu persis kepada siapa dia harus bicara pada saat dan tempat yang tepat. Jadi, seorang pelobi yang mewakili kepentingan seseorang atau kelompok masyarakat atau bahkan kelompok bisnis yang memiliki kepentingan terhadap suatu kebijakan publik, maka target utamanya adalah bagaimana mempengaruhi pengambil kebijakan, katakanlah yang berkaitan dengan legislasi atau regulasi tentang sesuatu hal, agar pengambil kebijakan, dalam hal ini parlemen, mau membuat kebijakan yang bisa memenuhi kepentingan pihak yang diwakilinya. Ambil contoh misalkan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengelolaan hutan. maka tentu perusahaan tersebut akan sangat berkepentingan terhadap setiap regulasi atau peraturan yang dibuat oleh pemerintah atau parlemen bila regulasi atau peraturan tersebut berkaitan dengan soal pengelolaan hutan.
Apakah sah bila seorang pelobi yang menjalankan kegiatannya mendapatkan kompensasi atau honor atas pekerjaan yang dia lakukan ?. Tentu hal itu sah-sah saja sepanjang kompensasi tersebut diperoleh dengan tidak melakukan pelanggaran hukum, misalkan dengan melakukan penyuapan dan sebagainya.
Siapa dan bagaimana bisa menjadi seorang pelobi ?. 
Di Indonesia, rasanya tidak ada kualifikasi khusus atau bahkan sertifikasi khusus untuk menjadi seorang pelobi. Pengetahuan dan pengalaman yang memadai serta didukung dengan kemampuan untuk menjalin interaksi dengan banyak pihak, rasanya sudah cukup untuk menjadi seorang pelobi. Meskipun demikian, seorang pelobi sedikitnya harus memiliki kapasitas intelektual yang cukup memadai. Pada umumnya, seorang yang memiliki latar belakang kesarjanaan dalam bidang ilmu politik, hukum, ekonomi, komunikasi, kehumasan atau ilmu-ilmu sosial lainnya akan lebih mudah untuk menjadi seorang pelobi.  Dengan kata lain, kita tidak perlu menjadi politikus atau pengacara untuk menjadi seorang pelobi yang profesional. Menarik bukan ?

8/14/2008

Lobby, A Mantra Of Success For Corporate Houses

Lobby, A Mantra Of Success For Corporate Houses
By [http://ezinearticles.com/?expert=Bharat_Kumar]Bharat Kumar

The word lobby is being frequently used in today’s business circle. So, experts and senior executives in the field of different segments have widespread domain knowledge and champion specific matters. They regularly interact with senior bureaucrats or lobby through industry links.

It is undeniable that lobby is on the rampage in the corporate sector. Lobbying comes in different shapes and sizes. List of some of the famous lobbyists are given below.

From Ratan Tata to Mukesh Ambani to N.R. Narayana Murthy to Azim Premji to Sunil Mittal, everyone is indulged in the game of lobby for, variously, superior policies in telecom, oil & gas, education and retail.

Their method is to make regular contacts to policy makers personally, encourage popular support via media. That is why their success rate is very high, since they bring a lot of personal reliability and the heft of their business empires to consider on the issues they champion.

Typically, retired bureaucrats like Pradip Baijal, former TRAI Chairman, and C.M. Vasudev former Expenditure Secretary in the Ministry of Finance and men of such stature are very much active in the game of lobby. They work the old boys’ network, have better right of entry than employee-lobbyists, and identify the lay of the land better than others. So they are very effective in the game of lobby, since they know how the system functions and which levers to pull.

Liquor tycoon turned aviation czar Vijay Mallya of Kingfisher lately got Air Deccan, a low price air carrier, is well on his way to toppling a policy wall that forbids airlines that are not in any case five years old from flying abroad. Why? Kingfisher Airlines is just three years in this business, and Mallya is eager to fly overseas routes. The Union Cabinet is at present thinking to allow kingfisher to fly their airlines in overseas routes. All such things are possible due to lobby.

Dr. Shanker Adawal, who was associated with Nortel previously, is the key lobbyist for Reliance Industries Limited (RIL) in Delhi and NCR. During the important SEZ deal between RIL and Haryana government, Dr. Adawal tackled the situation admirably.

To handle such situation is a common for man like Dr. Adawal. Almost four years before the same situation occurred when Reliance Infocomm (as it was known that time) faced detachment over infringement of licence conditions as a permanent line operator, once again it was Adawal who showed his class and presence of mind to save Infocomms Rs 15,000 crore investment in telephony.

At present lobby is really a mantra for the success of corporate houses. With the help of lobby any one could be approached. Noted lobbyists always want to work within companies either as board members or advisors.

Author is free lancer Journalist. Specialist is Corporate News

Article Source: http://EzineArticles.com/?expert=Bharat_Kumar http://EzineArticles.com/?Lobby,-A-Mantra-Of-Success-For-Corporate-Houses&id=661585

8/04/2008

SBY: Menunggu Proses Hukum

Akhirnya Presiden SBY menyatakan tidak akan memberhentikan kedua menterinya sebelum proses hukumnya dilaksanakan. Demikian dinyatakan Presiden sesaat setelah memanggil ke dua menterinya tersebut siang tadi.
Paskah Suzeta dan MS Kaban, yang kini menjabat sebagai menteri dalam kabinet SBY, disebut-sebut menerima aliran dana dari Bank Indonesia terkait dengan pembahasan amandemen undang undang Bank Indonesia. Keduanya, yang pada saat pembahasan amandemen undang undang Bank Indonesia duduk sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat periode 1999 - 2004 disebut sebut oleh Hamka Yamdu, salah satu terdakwa yang kini tengah diperiksa di Pengadilan Tipikor, termasuk pihak yang menerima aliran dana dari Bank Indonesia. Dalam pengakuannya, Hamka menyatakan bahwa dia sendiri yang menyerahkan dana tersebut kepada yang bersangkutan. Hamka Yamdu yang juga mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat bersama mantan petinggi Bank Indonesia saat ini tengah diperiksa di Pengadilan Tipikor Jakarta.
AddThis Feed Button